on Rabu, 20 Juni 2012

Hmh... Lagi-lagi lampu oranye temaram dan kelamnya cakrawala yang menemaniku pulang. Entah sepertinya mereka selalu setia menemaniku pulang setiap hari. Lelah, penat, life sucks!

Sedari tadi aku terus memperhatikan jalan--ya aku memang harus memperhatikan jalan karena aku sedang mengendarai mobil. Sebuah Chevrolet Camaro, terlalu mewah? Tidak, aku memang menyukai mobil sport. Dan lagipula uangku cukup untuk membelinya jadi apa salahnya? Hahahaha... Barusan terkesan sombong ya? Aku memang sukses. Aku memang seorang wanita sukses. Bekerja di salah satu perusahaan asing dan menjadi asisten direktur. Kurang sukses apa coba?

Tapi, ah, hidupku hampa. Kekayaan itu ilusi, menurutku. Ilusi indah, persis seperti pelangi sehabis hujan. Tunggu, menurutmu pelangi sehabis hujan itu indah? Ya, itu indah, namun ilusi. Tidak ada orang yang benar-benar bahagia ketika melihat pelangi. Menurutku, justru hujan yang indah. Hujan, seperti menghubungkan langit dan bumi. Seperti menghubungkan dua hal berbeda. Seperti menghubungkan individu dengan individu. Ya, hujan itu seperti perasaan. Dan sepertinya, aku tidak memiliki 'hujan' di hatiku.

Aku kesepian. Aku tertekan.  Kemudian alat suntik dan zat penenang bekerja di tubuhku. Pikiranku sudah tidak terkendali dan kemudian hujan turun. Sekarang aku malah membenci hujan.

Tanganku mulai lemas. Pandanganku kabur. Dan tak lama kemudian hujan berhenti. Hujan singkat malam hari. Jarang sekali.

Aku terengah-engah. Hujan barusan mengisi pikiranku. Ya, aku hanya perlu menjadi hujan. Turun dengan deras kemudian hilang begitu saja. Dan aku hanya perlu hilang sekarang. Ah, ada jurang di depan.

Keesokan harinya, kematianku diumumkan.

on Senin, 18 Juni 2012

"Hey, Calle! Apa kabar?"

Aku menengok. Ternyata dia sudah kembali.

"Kakak? Lama tidak bertemu! Tugasmu disana sudah selesai?"

"Ya, jasad yang 'kutumpangi' hanya berumur 70 tahun. Ya, jadinya aku sudah kembali."

Aku mengangguk. Hey, apa kalian mengerti? Biar kujelaskan. Tempat ini bernama Freuss, atau biasa dikenal dengan Taman Langit. Disini tempat tinggal roh putih. Apa itu roh putih? Roh putih adalah sebagian roh manusia yang akan berperan sebagai sisi baik. Dan ada pula tempat di bawah sana. Glom, atau Gurun Bumi. Disana ada roh hitam yang tentunya akan berperan sebagai sisi jahat. Kurang lebih seperti itu.

"Calle,"

"Ya?"

"Hati-hati ya."

"Hah? Maksud kakak?"

"Saat bertugas nanti, hati-hati pada roh hitam."

"Sudah tentu. Manusia tidak akan kubiarkan hidup dengan si hitam saja!"

Kakakku tersenyum, "Semangat yang bagus."

Aku membalas senyumnya. Kemudian kutatap dengan sedikit rasa curiga.

"Kamu dan si hitam akan saling mempengaruhi sang manusia itu."

"Aku tahu."

"Dan jika tidak bisa bertahan--"

"Akan mati."

"Dan yang kalah dan mati, akan melepas ingatannya ke tempat asal.ya dan menitipkan hatinya pada seseorang."

"Hey, aku bahkan belum tahu itu."

"Makanya kuberitahu."

"Iya iya." aku menatapnya sinis.

"Dan yang hatinya sudah hilang akan pergi ke Glom."

"Jadi?"

"Aku titipkan hatiku untukmu, Calle..."

Aku terbelalak, "T-tunggu, maksudmu?!"

"Alchor, dia berhasil menguasai jasad yang kami 'tumpangi'. Akhirnya si manusia itu gila kemudian terjun dengan mobilnya ke jurang."

"Kau pasti sedang bercanda, kan?"

"Tidak. Aku serius!"

"Kau pasti bercanda! Kau pura-pura, kan? Ah, sudahlah. Aku harus mengantar paket ke rumah Ralph. Daah!"

Tiba-tiba seekor Ripper muncul dan ... memenggalnya.

"T-tadi itu?!"

Sekarang aku melihatnya, melihat apa yang sedari tadi ia katakan. Sekarang aku melihatnya, tanpa kepala dan seekor Ripper yang perlahan menghilang ke udara.

Aku jatuh berlutut. Mataku terbuka lebar bersama air mataku yang sudah mengalir. Sekarang, sisa-sisa hatinya dan isak tangisku menggema dan jatuh bersama ke arah Glom.