on Rabu, 09 Januari 2013

Dingin bercampur hangat. Menusuk. Perasaanku terluka. Kemudian aku kembali ke dunia nyata setelah terbang entah ke mana. Mungkin aku kembali ke rumahku, Mars, untuk waktu yang singkat.

Dia menggenggam tanganku. Erat. Seperti tak membiarkan satu sel pun jatuh dan hilang. Tangannya sangat hangat. Hatinya terlebih.

Aku menyukainya. Dia juga menyukaiku. Kami pasangan. Pasangan yang rapuh. Aku terlalu dingin untuk hatinya yang hangat.

Aku terlalu takut. Takut kehilangan. Jantungku tiba-tiba berdegup lebih cepat. Aku takut kehilangan dia. Aku takut hatiku malah terasa seperti pisau yang dingin untuk hatinya yang sehangat pelukan. Aku takut hatiku malah seperti badai salju yang justru menyakitinya.

Maaf. Aku mungkin terlalu dingin untuk dirimu yang hangat. Aku mungkin terlalu pasif untuk dirimu yang riang. Biar bagaimanapun, aku seperti baru saja datang dari Mars. Dan kau dari Venus.

Egoku mempertahankan dinginnya hatiku. Ego seorang makhluk dari Mars yang sangat besar. Rasa egois yang malah menyakitimu.

Sang Ares mungkin tak memperdulikan hatinya yang sakit atau meronta. Dia hidup untuk perang. Namun aku mencoba hidup untuk tujuanku sendiri. Untukmu.