Rindu

on Kamis, 06 Desember 2012

Malam ini hujan turun. Deras. Melepaskan udara dingin yang menusuk tulang. Merebak di seluruh ruangan. Aku sendiri terpojok di sudut ruangan, sambil menikmati setiap serangan dingin yang menyobek kulitku.

Aku memakai selimutku, seperti zirah perang yang dipakai angkatan perang. Tidak terlalu tebal, namun cukup untuk melindungi tubuhku dari udara dingin yang semakin menyiksaku.

Aku memutuskan untuk keluar, melihat hujan. Tubuhku dilapisi jas hujan dan jaket untuk menjaga rasa hangatnya. Old-fashioned. Terlebih payung besar hitam yang juga kupakai untuk memastikan diriku tidak terhujam air hujan. Ya, aku ingin menikmati momen ini. Aku ingin menyesap setiap memori yang tertinggal di setiap bulir-bulir air hujan ini.

Aku rindu. Dengan dia. Dia yang dulu selalu disampingku, dia yang selalu memperhatikanku. Dia yang mengusap setiap tetes air mataku, dia yang selalu meminjamkan hatinya untuk curahan hatiku. Dia yang bahunya selalu tersedia untuk sedihku.

Di suatu malam yang dingin dan bersama hujan yang sedang merajai sang cakrawala, ia memegang tanganku. Erat. Sepertinya rasa dingin membantai tubuhnya. Kami berlari kecil ke suatu kedai kopi untuk berteduh dan menghangatkan tubuh kami.

Hujan ini entah bagaimana meluapkan keberanianku. Seakan terbawa perasaan, aku lalu memberanikan diri untuk menjadikan dia pacarku. Ya, aku menyatakan perasaanku padanya. Perasaan yang tertahan di pintu hatiku yang baru saja diluapkan padanya.

Di tengah hujan ini, kami mengambil alih dunia. Kamilah pemilik dunia ini. Di tengah hujan ini, bibir dan pelukan kami bertemu. Masa bodoh dengan orang yang melihat kami. Kami akan musnahkan mereka. Toh, kami pemilik dunia ini. Kami membiarkan setiap detik dilewati dengan penuh memori. Dan meskipun hujan turun, setiap detik terlewati penuh kehangatan. Terutama di dalam hati kami, yang sangat terasa hangat.

Aku kembali tersadar. Baru saja aku ditelan waktu dan dilahap oleh flashback. Aku memperhatikan setiap rintik hujan yang jatuh dengan tatapan kosong. Rindu. Aku rindu sekali. Aku berharap dia disini. Aku masih ingat ketika bibirnya yang tipis menyentuh bibirku, membiarkan aku tenggelam dalam perasaan yang dalam. Aku masih ingat pelukan hangatnya yang terasa sampai di hati. Pelukan yang selalu menenangkan jiwaku dari segala ketakutan dan resah.

Aku hanya bisa merasakan rindu yang menyesakkan ini. Di antara hujan, aku hanya bisa mengenang setiap memori bersamanya. Air mataku meleleh. Meleleh karena rasa ini terlalu dahsyat untuk dibendung. Terlalu pekat untuk membiarkan jiwaku bertingkah normal. Rindu ini meronta, ingin terpuaskan keinginannya. Rindu ingin meronta, ingin aku untuk bersua dengan dia.

Karya : Bagas Putra Reynara

1 comments:

Fumino Fumiko mengatakan...

"[Aku rindu. Dengan dia.] Dia yang dulu selalu disampingku, dia yang selalu memperhatikanku. Dia yang mengusap setiap tetes air mataku, dia yang selalu meminjamkan hatinya untuk curahan hatiku. Dia yang bahunya selalu tersedia untuk sedihku."

lebih baik digabung.

- "Aku rindu dengannya. Dengan dia.

"Hujan ini entah bagaimana meluapkan keberanianku. Seakan terbawa perasaan, aku lalu memberanikan diri untuk menjadikan dia [pacarku]."

- lebih baik "pacarku" diganti dengan "kekasihku" saja. :D

"Masa bodoh dengan orang yang melihat kami. Kami akan musnahkan mereka."

- mungkin lebih enak dibaca kalau "Masa bodoh dengan orang yang melihat kami, kami akan musnahkan mereka."

cuma itu aja sih.

keep 'riting rey!

(ffumikonarukami / Miharu Koyama)